Profesor Di Universitas Kopenhagen, Udara Kotor Dapat Memengaruhi Kesehatan Usus Kita

 Profesor Di Universitas Kopenhagen, Udara Kotor Dapat Memengaruhi Kesehatan Usus Kita

Satu teori yang menonjol adalah polusi udara merupakan faktor lingkungan tersebut dan dapat berperan dalam memicu penyakit yang melemahkan tubuh kita. Ini berita buruk bagi usus kita, karena kualitas udara telah memburuk di kota- kota di seluruh dunia.

Meski sebagian besar kesehatan kita dipetakan sejak dini, tidak demikian halnya dengan usus kita..

Paparan-paparan ini diketahui berperan dalam memicu penyakit radang usus (IBD), yang mencakup penyakit Crohn dan kolitis ulserativa. Keduanya merupakan penyakit yang diderita seumur hidup karena hingga kini belum ditemukan obatnya.

Penyakit ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh tidak bekerja dengan baik dan tubuh mulai menyerang dirinya sendiri, menyebabkan borok dan radang di usus.

"Bayangkan ada luka yang tidak pernah sembuh, hanya saja ada di dalam tubuh kita. Setiap kali Anda makan atau minum, itu seperti menggosok garam ke dalam luka itu," kata Jaina Shah, manajer publikasi dan informasi Chron's dan Colitis Inggris .

Kolitis ulserativa terlokalisasi dan memengaruhi usus besar, sedangkan Crohn dapat menyerang bagian mana pun di usus.

Kedua kondisi tersebut dapat berdampak hampir di setiap bagian tubuh, termasuk hormon, pencernaan, energi, dan kesehatan mental. Shah mengatakan penyakit ini membutuhkan obat seumur hidup dan, dalam banyak kasus, operasi besar.

Menurut penelitian, pemicu lingkungan ini termasuk diet dan stres. Di sisi lain, hipotesis faktor kebersihan berpendapat bahwa hidup di lingkungan yang terjaga kebersihannya tidak memungkinkan sistem kekebalan berkembang dengan baik.

Baik gen dan faktor lingkungan dapat mengganggu usus dengan cara yang sama, menurut Gilaad Kaplan, dosen di University of Calgary dan penulis beberapa studi yang meneliti hubungan antara usus dan polusi udara.

Lebih dari 200 gen saat ini diketahui membuat seseorang rentan terhadap IBD. Gen-gen ini terkait dengan dinding usus, dan beberapa terkait dengan bagaimana sistem kekebalan, yang duduk di dinding usus, melawan bakteri jahat," kata Kaplan.

Pola dalam kasus IBD telah mengarahkan para peneliti untuk mencari tahu apakah polusi udara merupakan salah satu pemicu lingkungan ini, termasuk data yang menunjukkan bahwa mereka lebih umum di perkotaan daripada di daerah pedesaan, dan bahwa negara-negara yang lebih maju memiliki tingkat IBD yang lebih tinggi.

Satu analisis menemukan bahwa angka tertinggi adalah di Eropa dan Amerika Utara, sementara jumlah kasus di negara-negara industri baru di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan terus meningkat.

Diperkirakan bahwa polusi udara berperan dalam pengembangan IBD dengan mengubah mikrobioma usus, yang menyebabkan respon imun dan peradangan.

Pada tahun 2005, Kaplan menghadiri kelas tentang mekanisme polusi udara berdampak pada jantung, dan menyadari bahwa ada persilangan dengan IBD, bidang keahliannya.

"Bagian pertama dari penelitian saya adalah melihat data untuk melihat apakah ada lebih banyak kasus IBD di daerah dengan polusi udara lebih banyak," katanya.

Kaplan menganalisis data lebih dari 900 kasus IBD di Inggris, yang berlangsung selama tiga tahun.

Komentar