Efek Gejala Depresi Pada Tubuh Manusia

Efek Gejala Depresi Pada Tubuh Manusia

Indikator utama yang menandakan seseorang mengalami depresi biasanya berkaitan erat dengan aspek emosional. Namun, ada juga efek depresi pada tubuh mulai dari masalah sistem pencernaan, imun melemah, dan tekanan darah tinggi.

Bahkan, seseorang bisa saja mengalami berbagai gejala pada fisiknya tanpa menyadari bahwa mengalami depresi.


Efek depresi pada tubuh


Ada banyak alasan seseorang mengalami perubahan kondisi fisik maupun psikis. Mulai dari masalah medis, gaya hidup buruk, hingga stres dan depresi. Berikut ini beberapa efek akibat depresi pada tubuh:


Sistem imun turun

Stres melanda, siap-siap mudah jatuh sakit. Alasannya karena sistem tubuh tidak bekerja dengan optimal. Tak hanya itu, proses pemulihan pun bisa berlangsung lebih lama.

Beberapa jenis infeksi seperti demam atau flu umumnya akan mereda dengan sendirinya setelah beberapa hari. Namun, sistem imun lemah juga bisa menyebabkan seseorang tertular infeksi yang sukar disembuhkan.

Lebih jauh lagi, penelitian seputar hubungan antara fungsi imun dan depresi masih terus dielaborasi. Beberapa studi yang menyampaikan bahwa stres kronis bisa menyebabkan respons. Ini dapat mengubah cara kerja zat kimia di otak yang mengatur suasana hati.


Rasa nyeri

Orang yang mengalami depresi bisa merasakan nyeri di persendian, punggung, dan lengannya. Tak hanya itu, ada juga orang yang merasakan sakit di sekujur tubuh. Bukan tidak mungkin, nyeri ini menghambat gerakan beraktivitas sehari-hari.

Studi pada tahun 2017 menyebutkan bahwa nyeri yang paling umum orang dewasa yaitu sakit tulang belakang juga bisa berhubungan dengan depresi. Orang yang mengalami masalah emosional 60% lebih mengalami mengalami nyeri punggung dibandingkan dengan yang tidak.

Penjelasan tentang hal ini sangat mungkin berkaitan dengan berantakannya neurotransmitter seperti serotonin. Itulah alasan, orang yang mengalami depresi dan nyeri akan merasa lebih baik setelah mengonsumsi obat antidepresan.


Tekanan darah tinggi

Mengalami stres jangka panjang bisa tekanan darah tinggi. Tak hanya itu, hipertensi pun juga meningkatkan risiko seseorang mengalami stroke dan serangan jantung. Itulah mengapa depresi disebut sebagai salah satu faktor risiko penyakit jantung.


Perubahan nafsu makan dan berat badan

Orang depresi bisa makan sangat banyak atau sedikit kekurangan biasanya. Tentunya, ini akan berimbas pada berat badan mereka. Jika mengalami makan emosional sebagai pelarian, badan berat tentu bisa bertambah.

Di sisi lain, ada juga kemungkinan mengalami hilang nafsu makan, tidak semangat makan, dan faktor lain yang membuat badan turun. Belum lagi pada kasus orang-orang yang memiliki gangguan makan seperti anoreksia, kerap kali juga mengalami depresi atau masalah mental lainnya.

BCA JUGA : Pentingnya Minum Air Putih Untuk Kecantikan

Ganggguan pencernaan

Pernahkah Anda merasa stres dan pencernaan jadi tidak terganggu? Hal yang sama juga bisa terjadi saat mengalami depresi. Contoh keluhannya seperti mual, kembung, diare, hingga konstipasi.

Jawaban atas hal ini melibatkan neurotransmitter di otak dan sistem pencernaan yang disebut serotonin. Ini adalah pembahasan yang sekaligus, sekaligus dalam fungsi pencernaan. Sebagian besar serotonin diproduksi dan disimpan di sistem pencernaan.

Tak hanya serotonin, mikroba yang ada di sistem pencernaan juga bisa menjadi penyebab beragam hal mulai dari mood hingga imunitas. Keduanya sama-sama merupakan efek dari depresi.


Masalah tidur

Ketika seseorang diduga mengalami depresi, dokter atau terapis akan melihat gejala paling signifikan pada pola tidur. Orang yang depresi kerap kali mengalami kesulitan tidur. Mulai dari sulit bisa tidur, mudah terbangun, hingga tidur terlalu banyak.

Depresi dan siklus tidur saling berkaitan. Selain depresi menyebabkan tidur tidak terganggu, kondisi medis seperti sleep apnea juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami depresi. Alasannya, mereka enggan terlelap karena dihantui ketakutan tidak bisa bernapas.

Menurut beberapa penelitian, gangguan pada ritme sirkadian ini bisa menyebabkan depresi. Itulah mengapa hingga kini, terus diteliti bagaimana mengatasinya.


Merasa lelah

Perubahan dari berapa lama tidur tadi malam, orang depresi akan selalu merasa lelah. Bahkan, aktivitas sehari-hari yang dasar seperti mandi atau cuci piring pun bisa tidak terganggu.

Hubungan antara rasa lelah dan depresi ini jauh lebih rumit karena merupakan tanda-tanda yang paling sulit disembuhkan. Sebuah studi dari tahun 2010 menemukan bahwa meski sudah mengonsumsi anti-depresan, 80% orang depresi masih merasa lelah dan lesu.

Motivasi yang lemah serta energi yang seakan begitu saja, ditambah bisa memburuk. Inilah mengapa sangat krusial untuk membuat rencana penanganan efektif bagi orang yang mengalami depresi.


Komentar