Mitos Atau Fakta Olahraga Jenis Ini Bisa Meninggikan Badan
Ada beberapa olahraga yang diklaim dapat memanjangkan otot dan meninggikan badan. Meski demikian, bukan olahraga bikin tinggi yang memegang peran penting. Tetap faktor genetik yang menentukan.
Kabar baiknya, memang beberapa olahraga bisa membuat postur tubuh seseorang tampak lebih bagus dan memberi kesan tinggi. Tak hanya itu, olahraga yang dilakukan rutin pun membantu agar otot tidak kaku.
Benarkah olahraga bikin tinggi? Kita akan telusuri beberapa klaim olahraga bikin tinggi berikut ini.
Basket
Membahas tentang olahraga basket. Gerakan-gerakannya sarat dengan lari jarak pendek, berhenti, dan melompat. Nyatanya, ketika melompat untuk mengoper atau memasukkan bola, berat badan justru menekan tulang dan otot.
Setelah melompat, pemain basket akan kembali ‘mendarat’. Ketika proses ini, lagi-lagi terjadi kompresi di tulang belakang. Kegiatan kompresi dan dekompresi selama bermain basket ini diklaim dapat menstimulasi aliran darah, bukan menambah tinggi badan seseorang.
Yoga dan Pilates
bukan olahraga bikin tinggi seperti berenang atau bermain basket, tetapi yoga dan pilates layak masuk dalam daftar ini. Kedua olahraga ini fokus pada postur tubuh yang tepat dan teknik pernapasan yang tepat.
Kerap dipandang sebelah mata, rupanya teknik pernapasan justru kunci untuk membuat otot tetap rileks dan bisa ditarik semakin jauh.
Itu sebabnya yoga dan pilates dapat membentuk postur tubuh seseorang lebih baik. Memang bukan olahraga bikin tinggi, tapi olahraga semacam ini membuat seseorang lebih sadar akan bagaimana postur tubuh yang tepat sehari-hari.
Ini penting: sadar akan postur tubuh sendiri. Jika pekerjaan Anda sehari-hari memaksa untuk duduk dalam durasi yang cukup lama, pasang alarm untuk mengingatkan berdiri atau berjalan ringan.
Lompat tali
Olahraga bikin tinggi berikutnya adalah lompat tali. Jelas bahwa lompat tali melibatkan gerakan-gerakan yang membuat tulang belakang semakin tertarik dan memicu lempeng pertumbuhan.
Meski demikian, bukan tinggi badan bertambah yang jadi hasil akhirnya. Lompat tali lebih memberi manfaat membakar lemak hingga menstimulus hormon pertumbuhan yang meningkatkan tinggi badan.
Berenang
Bukan olahraga bikin tinggi, tapi memang mereka yang bertubuh tinggi akan cenderung memilih olahraga renang karena membantu mereka berenang dengan lebih optimal.
Tangan, kaki, hingga punggung yang lebih panjang memberi mereka penampang yang lebih lebar untuk bergerak maju ke depan. Lihat saja rata-rata perenang di Olimpiade, setidaknya tinggi badan mereka adalah 188 cm untuk perenang pria dan 175 cm untuk perenang wanita.
Tubuh yang tinggi juga membuat para atlet renang bisa bergerak dengan lebih leluasa di dalam air. Tak hanya itu, mereka juga bisa melakukan berbagai gaya renang – punggung, dada, kupu-kupu, dan lainnya – dengan lebih mudah berkat tinggi badan.
Bandingkan saja dua atlet renang dengan tinggi badan berbeda. Perenang yang lebih tinggi akan bisa menjaga aliran air ke arahnya di level terendah. Sementara perenang yang lebih pendek tetap bisa melakukan hal yang sama, hanya saja tenaga yang dikeluarkan lebih besar. Konsekuensinya, dia akan mudah kelelahan.
Artinya, berenang pun bukan olahraga bikin tinggi. Tapi orang-orang bertubuh tinggilah yang mendapatkan manfaat dari postur tubuh mereka ketika berenang.
Bagaimana dengan gerakan memanjangkan tubuh saat berenang?
Itu hanya sementara dan tidak akan bisa menciptakan perubahan drastis yang mendukung klaim bahwa olahraga bikin tinggi.
Tinggi badan dan faktor genetik
Faktor genetik berarti saat kedua orangtua memiliki tubuh tinggi, maka besar kemungkinan anaknya juga tinggi.
Kita dapat memprediksi tinggi badan anak saat dewasa berdasarkan tinggi kedua orangtuanya. Rumusnya adalah sebagai berikut:
∞ Tinggi badan anak laki-laki = (tinggi badan ayah + (tinggi badan ibu + 13 cm)) : 2
∞ Tinggi badan anak perempuan = ((tinggi badan ayah – 13 cm) + tinggi badan ibu) : 2
Misalnya Tinggi badan ayah 172 cm, sementara tinggi badan ibu 158 cm. Bila memiliki anak laki-laki, maka perkiraan tinggi badannya adalah (172 cm + (158 cm + 13 cm)) : 2 = 171,5 cm. Sedangkan jika memiliki anak perempuan, maka perkiraan tinggi badannya adalah ((172 cm – 13 cm) + 158 cm) : 2 = 158,5 cm.
Selain faktor genetik, ketika seseorang mendapat asupan nutrisi yang tepat pada usia pertumbuhan, tubuhnya bisa jadi tumbuh lebih tinggi.
Bagaimana tubuh bertambah tinggi?
Pertumbuhan biasanya terjadi pada usia 18-25 tahun. Inilah periode ketika tulang seseorang bertambah panjang. Lempeng epifisis (epiphyseal plates) terus bertumbuh dan semakin cepat ketika seseorang berada di usia pubertas.
Ketika periode pertumbuhan berakhir, lempeng epifisis akan tertutup dan tulang berhenti bertambah panjang ataupun tinggi. Dari sini, tidak ada lagi pertumbuhan.
Menariknya, tulang belakang dan kantung udara bisa terkompresi. Artinya, ada kemungkinan seseorang bertambah pendek akibat tekanan yang dilakukan saat beraktivitas sehari-hari.
Tapi tenang, pengurangan tinggi badan ini hanya sekitar 1 persen. Bukan masalah besar, karena tulang belakang akan kembali terdekompresi ketika tubuh berbaring atau menggantung.








Komentar
Posting Komentar